Rabu, 17 Februari 2021

Berkurangnya Kesadaran Masyarakat Indonesia untuk Membuang Sampah

Kebiasaan masyarakat Indonesia membuang sampah ke sungai adalah contoh kebiasaan yang buruk. Membuang sampah ke sungai memang adalah cara yang paling praktis jika tidak tersedianya tempat sampah di lingkungan sekitar. Tetapi, hal tersebut bisa membuat sungai menjadi kotor dan tercemar karena sampah yang dibuang sembarangan. Kita bayangkan saja bagaimana kalau masing-masing keluarga membuang sampah plastik ke sungai, kita pastinya tahu bahwa penduduk di Indonesia terdiri dari jutaan penduduk sehingga total ada jutaan sampah plastik di dalam sungai dalam sehari. Lalu dalam sebulan, setahun dan beberapa tahun ke depan jumlah sampah plastik akan semakin banyak di dalam sungai dan pasti dampaknya akan merugikan diri kita sendiri seperti banjir, banyak ikan yang punah bahkan mati dan masih banyak beberapa dampak lain yang tentu merugikan manusia itu sendiri.

Sungai seharusnya menjadi tempat yang bersih, indah dan terawat karena berbagai jenis ikan terdapat disana. Air di sungai juga bermanfaat untuk kehidupan manusia karena air adalah kebutuhan utama manusia untuk bertahan hidup. Ikan juga bisa menjadi lauk pauk yang sehat untuk kehidupan manusia karena di dalamnya mengandung banyak vitamin. Tetapi sekarang, sungai sudah menjadi tempat yang tercemar dan sangat kotor sekali karena perbuatan manusia itu sendiri yang tidak mau bahkan tidak peduli dengan kehidupan di dalam sungai.

Peran pemerintah juga sangat penting untuk menjaga kebersihan sungai contohnya dengan melakukan sosialisasi tentang dampak membuang sampah ke sungai. Pemerintah juga harus menyediakan fasilitas semaksimal mungkin untuk memfasilitasi masyarakat membuang sampah pada tempatnya. Tetapi mau bagaimanapun usaha pemerintah untuk menyadarkan masyarakat agar menjaga kebersihan lingkungan dan sungai, jika masyarakatnya tidak mau berubah itu akan sangat susah sekali untuk disadarkannya kembali.
   




Sabtu, 16 November 2019

Resensi Novel Tarian Badai


Identitas
Judul Buku          : Tarian Badai
Pengarang            : B.B Triatmoko       
Penerbit                : Galangpress
Tahun Terbit         : 2012
Tebal Halaman     : 182 Halaman

Sinopsis
     Buku novel Tarian Budaya bisa ditemukan di perpustakaan pusat Universitas Negeri Yogyakarta. Novel ini menceritakan tentang Bukit, pemuda yang cerdas tetapi memiliki sifat yang mudah emosi dan sangat berambisi dalam hal apapun. Sahabatnya Seto telah mengenal sifat Bukit yang seperti itu dan mereka telah bersahabat sejak lama. Saingan Bukit yaitu Daniel yang selalu memanas-manasi Bukit kalau dia tidak bisa menyelesaikan karya tulis dalam sebuah lomba. Hal tersebut memancing kemarahan Bukit dan akhirnya mereka berseteru hebat. Kejadian tersebut telah diketahui oleh Seto dan menanggapinya dengan santai karena sudah mengetahui sifat sahabatnya tersebut. 
     Bukit jatuh cinta pada seorang gadis penari bernama Anna pada saat menemani Ibunya menghadiri pesta pernikahan. Anna yang seorang penari hebat mengikuti salah satu kontes tari di Jakarta dan berhasil meraih juara satu. Perlombaan tari tersebut berhasil membawa Anna ke Boston, Amerika Serikat sebagai duta budaya dari Indonesia. Sebelum pergi ke Amerika, Anna sudah bertunangan dengan Daniel pria yang dikenalnya saat menghadiri pameran lukisan.
     Bukit melanjutkan kembali kuliahnya ke Boston, Amerika Serikat tidak sengaja bertemu dengan Anna, gadis penari yang ia lihat tiga tahun lalu. Dari pertemuan tersebut Bukit dan Anna semakin dekat dan menjalin sebuah hubungan. Anna merasa bersalah karena telah mempermainkan dua hati yang begitu mencintainya. 
     Pertunjukkan tari spektakuler yang akan ditampilkan oleh Anna tanpa kehadiran Bukit karena harus membantu sahatnya Seto yang sedang berjuang untuk membela hak rakyat kecil pada peristiwa 98. Pergolakan dan demonstrasi yang dilakukan besar-besaran membuat Indonesia kacau pada saat itu. Para rakyat menuntut diakhirinya pemerintahan masa orde baru yang telah menyengsarakan mereka. Bukit berjuang bersama Seto dan Daniel yang telah menjadi sahabat untuk memperjuangkan hak rakyat kecil di negeri ini. Mereka bergerak seperti penari yang mengikuti irama kehidupan sambil menjaga langkah agar tak tergelincir dan hanyut dalam arus yang menyesatkan.
     
Kelebihan
     B.B Triatmoko telah berhasil menyajikan cerita yang luar biasa dan bisa mengajarkan kita tentang arti pentingnya sebuah perjuangan. Bahasa yang digunakan mudah dipahami dan dimengerti. Majas yang disajikan pun mudah dipahami karena menggunakan bahasa yang ringan. Alur yang diberikan pun sangat menarik karena berisi tentang pertempuran, perlawanan, pertumpahan darah hingga berujung pada kematian. Novel ini sangat cocok untuk dibaca karena dikemas dengan baik, jenis dan tulisan yang digunakan pun sesuai sehingga novel ini tidak terlalu tebal untuk pembaca yang mudah jenuh. 

Kelemahan
     Cerita dalam novel ini banyak yang bertele-tele dan tidak langsung menunjukkan cerita utamanya. Penyajian tokohnya sedikit membingungkan karena banyak materi yang disisipkan dalam novel ini.

URL Link




Sabtu, 21 September 2019

Mirisnya Pendidikan di Indonesia



Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa setiap manusia Indonesia berhak mendapatkannya dan diharapkan untuk selalu berkembang didalamnya,Pendidikan tidak akan ada habisnya. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Sehingga menjadi seorang yang terdidik itu sangat penting. Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia memang diperlukan untuk mencapai Indonesia yang lebih maju.     

Pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan telah lama menjadi masalah yang mendapat perhatian, terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Hal ini tidak terlepas dari makin tumbuhnya kesadaran bahwa pendidikan memiliki peran penting dalam pembangunan bangsa,  seiring juga  dengan berkembangnya demokratisasi pendidikan. Saat ini kondisi pendidikan di Indonesia masih belum merata, seperti dikota-kota besar sarana dan prasarana pendidikan sudah lengkap dan maju. Sedangkan di desa hanya mengandalkan sarana dan prasarana seadanya saja. Bahkan daerah di Indonesia Timur bukan hanya sarana dan prasarana saja yang kurang tetapi kurangnya juga tenaga pengajar, disana masih sangat membutuhkan tenaga pengajar dari daerah lain.

Pendidikan di Indonesia tidak merata, tidak hanya di ibu kota atau di kota saja, tetapi di daerah terpencil yang masih merupakan bagian Indonesia untuk mendapatkan fasilitas dan tenaga pengajar yang layak, serta akses menuju sekolah dengan mudah. Seharusnya pemerintah memperhatikan pendidikan anak-anak Indonesia. Karena bagaimana pun juga, anak-anak Indonesia adalah generasi penerus bangsa yang mampu merubah Negara Indonesia  menjadi Negara yang jauh lebih baik dan tidak dipandang sebelah mata oleh Negara  lain dengan pendidikan yang layak. Pemerintah juga harus melakukan pemerataan pendidikan di seluruh Indonesia.

Di Indonesia, yang paling memerlukan pendidikan adalah mereka yang berada di daerah miskin dan terpencil.  Untuk mengatasi kebutuhan pendidikan bagi mereka adalah upaya penerapan cara non konvensional. Selamaini, pembangunan pendidikan telah membuahkan hasil yang cukup baik. Meskipun demikian, pembangunan pendidikan masih dihadapkan pada sejumlah permasalahan terutama berkaitan dengan perluasan akses dan pemerataan pendidikan pada jalur formal, di wilayah perkotaan, dan subsidi  dari pemerintah itu pun masih belum mencukupi untuk masyarakat yang tidak mampu yang jumlahnya cukup besar. Upaya yang  dilakukan pemerintah dalam melakukan pemerataan pendidikan bagi masyarakat miskin dan terpencil di Indonesia yaitu dengan adanya program wajib belajar 9 tahun dan pengadaan teknologi informasi seperti televise dan radio.

Resensi Buku Tuanku Imam Bonjol


Judul Buku             : Tuanku Imam Bonjol
Penulis                    : Naali Sutan Caniago
Penerjemah             : Drs. Sjafnir H.N
Penyunting Naskah : Drs. Aliuddin
Penerbit                   : PN Balai Pustaka - Jakarta
Cetakan                   : 1979
Tebal                        : 44 halaman


     Tuanku Imam Bonjol adalah buku karya salah seorang keturunan Bonjol yaitu Naali Sutan Caniago. Pengalihakasaraan dari bahasa Arab Melayu ke huruf latin dilakukan oleh Drs. Sjafnir H.N. Penyuntingan naskah tersebut menjadi sebuah buku dilaksanakan oleh Drs. Aliuddin.
     
      Pada bab pertama buku ini, menceritakan rakyat Minang membangun negeri. Tuanku Imam mengajak seluruh rakyat Minang untuk memagar negeri (membangun parit-parit di sekaliling negeri). Rakyat Minang juga membangun mesjid yang lebih besar dari pada mesjid yang terdahulu. Dalam waktu sebulan, selesailah pembangunan parit-parit, mesjid dan negeri Bonjol.

      Pada bab kedua menceritakan ganasnya serangan kompeni memerangi negeri Minang. Seseorang penduduk negeri Sungai Puar bergelar Pado Bungsu yang menyebarkan bahwa pasukan Kompeni sudah menduduki negeri Simawang. Mendengar berita penyerangan Kompeni ke negeri Minang, maka seluruh Hulubalang di dalam negeri Lima Puluh berangkat untuk memerangi Kompeni. Perang berlangsung selama satu hari, satu malam, tetapi kekuatan Kompeni cukup besar, sehingga terpaksa orang Lima Puluh mengundurkan diri. Setelah menguasai Lima Puluh, Kompeni membangun sebuah benteng di atas bukit Tandikat antara daerah Lima Puluh dengan daerah Tanah Datar. Di daerah ini, kompeni juga membakar daerah Tanjung Alam. Kompeni juga berhasil menyerang daerah Kamang dan dibantu oleh pasukan Hulubalang dari belakang  sehingga berjatuhanlah korban dari Kamang.

     Pada bab-bab berikutnya buku Tuanku Imam Bonjol ini, menceritakan Kompeni mengajak damai rakyat Minang. Datanglah sebuah surat dari Residen Francis di Padangyang meminta kepada Tuanku Imam dan sekalian penghulu di negeri Minang untuk berdamai, karena sudah banyak korban berjatuhan. Tuanku Iman menyampaikan jawabannya melalui Rangkayo Besar di Koto Gadang bahwa Tuanku Imam dan para penghulu di negeri Minang bersedia untuk berdamai. Setelah mengadakan mufakat, Tuanku Imam menyuruh menaikkan bendera putih, sehingga berhentilah perang antara kedua belah pihak. Tetapi belum sampai seminggu setelah tercapai perdamaian, Kompeni mulai menembaki rakyat di negeri Minang dan hal tersebut membuat Tuanku Imam marah besar dan lansung mengajak perang kembali dengan pasukan Kompeni.

     Buku sejarah ini menyajikan cerita tentang Tuanku Imam dan rakyat negeri Minang yang tak pantang menyerah melawan pasukan Koloni. Tetapi, bahasa yang disajikan dalam buku ini beberapa ada yang sulit dipahami dan jalan ceritanya juga membingungkan. Buku sejarah ini juga mengingatkan kita untuk selalu mengingat perjuangan para pahlawan untuk mengusir para penjajah yang ingin menguasai bangsa Indonesia.