Judul Buku : Tuanku Imam Bonjol
Penulis : Naali Sutan Caniago
Penerjemah : Drs. Sjafnir H.N
Penyunting Naskah : Drs. Aliuddin
Penerbit : PN Balai Pustaka - Jakarta
Cetakan : 1979
Tebal : 44 halaman
Tuanku Imam Bonjol adalah buku karya salah seorang keturunan Bonjol yaitu Naali Sutan Caniago. Pengalihakasaraan dari bahasa Arab Melayu ke huruf latin dilakukan oleh Drs. Sjafnir H.N. Penyuntingan naskah tersebut menjadi sebuah buku dilaksanakan oleh Drs. Aliuddin.
Pada bab pertama buku ini, menceritakan rakyat Minang membangun negeri. Tuanku Imam mengajak seluruh rakyat Minang untuk memagar negeri (membangun parit-parit di sekaliling negeri). Rakyat Minang juga membangun mesjid yang lebih besar dari pada mesjid yang terdahulu. Dalam waktu sebulan, selesailah pembangunan parit-parit, mesjid dan negeri Bonjol.
Pada bab kedua menceritakan ganasnya serangan kompeni memerangi negeri Minang. Seseorang penduduk negeri Sungai Puar bergelar Pado Bungsu yang menyebarkan bahwa pasukan Kompeni sudah menduduki negeri Simawang. Mendengar berita penyerangan Kompeni ke negeri Minang, maka seluruh Hulubalang di dalam negeri Lima Puluh berangkat untuk memerangi Kompeni. Perang berlangsung selama satu hari, satu malam, tetapi kekuatan Kompeni cukup besar, sehingga terpaksa orang Lima Puluh mengundurkan diri. Setelah menguasai Lima Puluh, Kompeni membangun sebuah benteng di atas bukit Tandikat antara daerah Lima Puluh dengan daerah Tanah Datar. Di daerah ini, kompeni juga membakar daerah Tanjung Alam. Kompeni juga berhasil menyerang daerah Kamang dan dibantu oleh pasukan Hulubalang dari belakang sehingga berjatuhanlah korban dari Kamang.
Pada bab-bab berikutnya buku Tuanku Imam Bonjol ini, menceritakan Kompeni mengajak damai rakyat Minang. Datanglah sebuah surat dari Residen Francis di Padangyang meminta kepada Tuanku Imam dan sekalian penghulu di negeri Minang untuk berdamai, karena sudah banyak korban berjatuhan. Tuanku Iman menyampaikan jawabannya melalui Rangkayo Besar di Koto Gadang bahwa Tuanku Imam dan para penghulu di negeri Minang bersedia untuk berdamai. Setelah mengadakan mufakat, Tuanku Imam menyuruh menaikkan bendera putih, sehingga berhentilah perang antara kedua belah pihak. Tetapi belum sampai seminggu setelah tercapai perdamaian, Kompeni mulai menembaki rakyat di negeri Minang dan hal tersebut membuat Tuanku Imam marah besar dan lansung mengajak perang kembali dengan pasukan Kompeni.
Buku sejarah ini menyajikan cerita tentang Tuanku Imam dan rakyat negeri Minang yang tak pantang menyerah melawan pasukan Koloni. Tetapi, bahasa yang disajikan dalam buku ini beberapa ada yang sulit dipahami dan jalan ceritanya juga membingungkan. Buku sejarah ini juga mengingatkan kita untuk selalu mengingat perjuangan para pahlawan untuk mengusir para penjajah yang ingin menguasai bangsa Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar